Jumat, 14 Desember 2012

Brosur Pendidikan

Analisis Materi Ajar dan Pembelajaran Kimia


Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui kesesuaian materi kimia dengan kurikulum satuan pendidikan yang ada di SMA Negeri 12 Banda Aceh, mengetahui proses pembelajaran kimia di SMA Negeri Banda Aceh, mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kimia di SMA Negeri 12 Banda Aceh, dan mengetahui masalah-masalah pembelajaran kimia yang ditemukan di SMA Negeri 12 Banda Aceh.

untuk lebih jelasnya lihat file pdf berikut

Kamis, 13 Desember 2012

Filsafat Kimia



Ilmu kimia merupakan ilmu mengenal bahan kimia. Bahan kimia bukanlah zat abstrak yang perlu ditakuti oleh manusia biasa. Bahan ini mencakup benda yang ada disekitar kita. Ilmu kimia adalah cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari struktur materi, sifat-sifat materi, perubahan suatu materi menjadi materi lain, serta energi yang menyertai perubahan materi. Mempelajari ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia belaka, akan tetapi ilmu kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat materi serta perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja.
            Kimia adalah ilmu tentang materi dan perubahannya. Materi itu sendiri adalah segala sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Semua materi berada dalam tiga wujud yaitu, padat, cair dan gas. Hakikat ilmu kimia adalah bahwa benda itu bisa mengalami perubahan bentuk, maupun susunan partikelnya menjadi bentuk yang lain sehingga terjadi perubahan letak susunan yang mempengaruhi sifat-sifat yang berbeda dari wujud/bentuk semula.
            Ilmu kimia lahir dari keinginan para ahli kimia untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan apa dan mengapa tentang sifat materi yang ada di alam, yang masing-masing akan menghasilkan fakta dan pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat dijelaskan dengan logika matematika.
            Jenis pengetahuan selalu mempunyai cirri-ciri spesifik mengenai apa (ontology), bagaimana (estimologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan, tidak mungkin bahasan estimologi terlepas sama sekali dari ontology dan aksiologi. Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir sistematik, justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan.
Filsafat adalah pengetahuan tentang segala apa yang ada. Filsafat memberi jawaban atas pertanyaan “apakah hakikatnya segala yang ada di atas bumi dan dikolong langit?”.
Segala apa yang ada ini dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu benda hidup dan benda mati. Benda hidup berupa tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Benda mati berupa cangkir, piring, meja, batu dan sebagainya. Jadi segala apa yang ada hanya terdiri dari benda hidup dan benda hidup dan benda mati.
Benda mati tidak bergerak, dan tidak mengalami perubahan kecuali bila digerakkan dan dirubah oleh benda lain. Sedangkan benda hidup bergerak dan mengalami perubahan walaupun tidak digerakkan atau dirubah oleh benda lain. Dengan demikian maka gerak dan perubahan itu bersifat pribadi. Wujud satuan benda jadi adalah hewan, manusia, meja, kursi dan sebagainya. Wujud manusia sebagai benda disebut badan (raga). Raga manusia senantiasa dapat bergerak sendiri dan dapat mengalami perubahan sesuai keinginannya, baik dalam hal perubahan sifatnya, bentuk dan energi yang dihasilkan. Jika raga itu tidak dapat lagi bergerak sendiri dan melakukan perubahan, maka raga itu disebut mati.
Perubahan ada dua yaitu perubahan fisika dan perubahan kimia. Perubahan fisika adalah perubahan yang tidak menghasilkan zat baru, yang berubah hanyalah bentuk dan wujudnya tanpa mengubah jenis dan sifat zat tersebut. Sedangkan perubahan kimia adalah perubahan yang menghasilkan zat baru, berubah sifat dan susunannya.
Benda mati ini apabila mengalami perubahan tidak akan mengubah sifat dan jenisnya, hanya berubah bentuk dan wujudnya saja. Misalnya kayu yang telah di bentuk atau diolah oleh seseorang menjadi kursi atau meja, yang berubah hanyalah bentuk dari kayu itu yang semula berbentuk panjang bulat, setelah diolah berbentuk meja dan kursi yang memiliki kaki, sifat dari benda itu tetap yaitu kayu. Lain halnya dengan benda hidup seperti manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Disini manusia sama halnya dengan perubahan kimia yang mengalami perubahan menghasilkan zat baru, berubah sifat dan bentuknya. Misalnya bayi yang baru lahir dengan bentuk yang kecil dan hanya bisa menangis dan menggerakkan tangan dan kaki, tetapi setelah bayi itu tumbuh dewasa maka otomatis bentuk tubuh dan sifatnya berubah. Energy yang dikeluarkannya juga lebih banyak seiring dengan kegiatan/pekerjaan yang dia lakukan.
Energy adalah sesuatu yang memiliki kemampuan untuk melakukan usaha, tidak dapat diamati langsung keberadaannya, tetapi dapat diamati akibat yang ditimbulkan.

PEDOMAN PENYIMPANAN ZAT KIMIA DI LABORATORIUM UNTUK KESEHATAN DAN KEAMANAN



PENDAHULUAN
Laboratorium kimia harus merupakan tempat yang aman bagi para penggunanya. Aman dari setiap kemungkinan kecelakaan fatal dari sakit maupun kesehatan. Hanya dalam laboratorium yang aman seseorang dapat bekerja dengan aman, produktif, dan efisien, bebas dari rasa khawatir akan keceakaan dan keracunan. Apabila ada kemauan dari setiap pengguna untuk menjaga dan melindungi diri, maka keadaan aman dalam laboratorium pasti akan tercipta. Diperlukan kesadaran bahwa kecelakaan dapat berakibat bagi para pengguna maupun orang lain serta lingkungan di sekitarnya. Kemudian disiplin setiap individu terhadap peraturan yang telah ditetapkan. Semua ini tergantung pada faktor manusianya, yang merupakan sumber terbesar terjadinya kecelakaan di laboratorium.
Keamanan adalah faktor yang seharusnya menjadi perhatian yang paing besar dalam kegiatan laboratorium, tetapi umumnya yang terjadi adalah kita belum terbiasa memperhatikan keamanan kerja. Syarat keamanan di laboratorium bertujuan untuk meindungi baik yang bekerja di laboratorium itu sendiri maupun untuk ingkungan dan menciptakan suasana laboratorium sebagai sarana belajar sains yang aman. Caranya dengan meningkatkan pengetahuan praktisi sains (dosen, laboran, siswa) tentang keselamatan kerja, mengenal bahaya yang mungkin terjadi serta upaya penanganannya.
Bahan kimia merupakan materi belajar yang harus ada dalam laboratorium, pada dasarnya semua bahan kimia itu beracun, namun dengan pengeolaan dan penyimpanan bahan kimia yang tepat dan benar, maka tingkat bahaya sebagai beracun dapat dikurangi dan ditanggulangi. Pengenalan sifat dan jenis bahan kimia akan memudahkan dalam cara penanganannya, yaitu cara pencampuran, mereaksikan, pemindahan atau transportasi, dan penyimpanannya. Dalam makalah ini akan diuraikan tentang bagaimana perawatan bahan praktikum kimia, cara penyimpanan agar kerusakan bahan-bahan kimia dapat dihindari, serta bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat penyimpanan dapat dicegah.
 PENYIMPANAN ZAT-ZAT/BAHAN-BAHAN KIMIA
Bahan kimia yang ada di laboratorium jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah peralatan. Di samping jumlahnya yang banyak, bahan kimia juga dapat menimbulkan resiko bahaya yang cukup tinggi. oleh karena itu hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).
            Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimpan bahan-bahan kimia diantaranya: wujud zat, konsentrasi zat, bahaya dari zat, label, kepekaan zat terhadap cahaya, dan kemudahan zat tersebut menguap.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya. Semua bahan harus diberi label secara jeas, dan untuk larutan harus dicantumkan tanggal pembuatannya.
Penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium di dasarkan pada wujud dari zat tersebut (padat, cair dan gas), sifat-sifat zat (Asam dan basa), sifat bahaya zat (korosif, mudah terbakar, racun dll), seberapa sering zat tersebut digunakan. Sistem penyimpanan bahan-bahan kimia didasarkan pada bahan yang sering dipakai, bahan yang boleh diambil sendiri oleh pemakai laboratorium, bahan yang berbahaya/racun, dan jumlah bahan yang dsimpan.
Cara menyimpan bahan-bahan kimia sama hanya dengan menyimpan alat-alat laboratorium, sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti:
1.      Bahan yang dapat bereaksi dengan plastic sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
2.      Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastic.
3.       Bahan yang dapat berubah apabila terkena matahari langsung harus disimpan daam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup.
4.      Bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dapat disimpan dalam botol berwarna bening.
5.      Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.
6.      Bahan disimpan dalam botol yang diberi symbol karakteristik masing-masing bahan.
7.      Sebaiknya bahan disimpan dalam botol induk yang berukuran besar. Pengambilan bahan kimia dari botol secukupnya saja sesuai kebutuhan, dan sisa bahan praktikum disimpan dalam botol kecil, jangan dikembalikan ke dalam botol induk, bertujuan untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk.
Tempat penyimpanan bahan-bahan kimia yang baika dalah di ruangan khusus, tidak bercampur dengan tempat kegiatan praktikum berjalan. Kelembaban ruangan harus benar-benar diperhatikan untuk mencegah agar bahan tidak mudah rusak. Umumnya bahan kimia disimpan berdasarkan kelompoknya seperti rak atau lemari tempat menyimpan bahan padat, bahan cair, dan bahan berbahaya. Untuk bahan padat yang tidak mudah meledak atau terbakar dapat diletakkan dalam lemari tertutup, sedangkan untuk bahan yang mudah terbakar atau meledak diletakkan dalam rak terbuka yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Tujuannya agar bila terjadi ketidakberesan mudah untuk diketahui. Tmpat penyimpanan bahan cair seperti asam, kloroform sebaiknya di simpan di lemari asam, sedangkan untuk bahan yang tidak berbahaya dapat disimpan dalam lemari tersendiri. Tujuannya bila terjadi kebocoran maka gas dapat langsung keluar melalui cerobong asap dari lemari asam, jadi tidak menyebar. Untuk lebih jelas berikut akan dibahas syarat-syarat dalam penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium.
Syarat-syarat penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium.
1.    Bahan mudah terbakar
Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar jika terkena udara, terkena benda panas, terkena api, atau jika bercampur dengan bahan kimia lain. Fosfor (P) putih, fosfin (PH3), alkil logam, boran (BH3) akan terbakar sendiri jika terkena udara. Pipa air, tabung gelas yang panas akan menyalakan karbon disulfide (CS2). Bunga api dapat menyalakan bermacam-macam gas. Dari segi mudahnya terbakar, cairan organic dapat dibagi menjadi 3 golongan:
a. Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4oC, misalnya karbon disulfide (CS2), eter (C2H5OC2H5), benzena (C5H6), aseton (CH3COCH3).
b.  Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4oC - 21oC, misalnya etanol (C2H5OH), methanol (CH3OH).
c.  Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21oC – 93,5oC, misalnya kerosin (minyak lampu), terpentin, naftalena, minyak baker.
Syarat penyimpanan:
·         Temperatur dingin dan berventilasi,
·         Tersedia alat pemadam kebakaran,
·         Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok.

2.    Bahan mudah meledak
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “explosive“ (E) dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Contoh bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium nitrat, nitrogliserin, TNT. Hal-hal yang dapat menyebabkan ledakan adalah:
a. Karena ada udara cair. Udara dapat meledak jika dicampur dengan unsur-unsur pereduksi dan hidrokarbon
b.  Karena ada gas-gas
c.  Karena ada debu. Debu padat dari bahan mudah terbakar bercampur dengan udara dapat menimbulkan ledakan dahsyat
d.   Karena adanya pelarut mudah terbakar.
e.   Karena ada peroksida.
Syarat penyimpanan:
Ø  Ruangan dingin dan berventilasi
Ø  Jauhkan dari panas dan api
Ø  Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis
Kombinasi zat-zat yang sering meledak di laboratorium pada waktu melakukan percobaan adalah:
·         Ammonium nitrat (NH4NO3), serbuk seng (Zn) dengan air
·         Peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium (Al)
·         Klorat dengan asam sulfat
·         Natrium (Na) atau kalium (K) dengan air
·         Asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain
·         Kalium nitrat (KNO3) dengan natrium asetat (CH3COONa)
·         Nitrat dengan eter
·         Halogen dengan amoniak
·         Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO3), suatu nitrat atau klorat
·         Merkuri oksida (HgO) dengan sulfur (S)

3.    Bahan beracun
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “very toxic (T+)” dan “toxic (F)” dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Contoh: kalium sianida, hydrogen sulfida, nitrobenzene, atripin, sublimate (HgCl2), persenyawaan sianida, arsen, dan gas karbon monoksida (CO) dari aliran gas.
Syarat penyimpanan:
Ø Ruangan dingin dan berventilasi
Ø Jauh dari bahaya kebakaran
Ø Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
Ø Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
Ø Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang dipergunakan

4.    Bahan korosif
Bahan dan formulasi dengan notasi “corrosive (C)” adalah merusak jaringan hidup. Contoh asam-asam, anhidrida asam, dan alkali. Bahan ini dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun.
Syarat penyimpanan:
Ø Ruangan dingin dan berventilasi
Ø Wadah tertutup dan beretiket
Ø Dipisahkan dari zat-zat beracun

5.    Bahan Oksidator
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ”oxidizing (O)“ biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah dapat menimbulkan ledakan dahsyat, terutama peroksida. Contoh: Chlorat, Perklorat, Bromat, Peroksida, Asam Nitrat, Kalium Nitrat, Kalium Permanganat, Bromin, Klorin, Fluorin, dan Iodin yang mudah bereaksi dengan Oksigen (dalam kondisi tertentu).
Syarat penyimpanan:
Ø Temperatur ruangan dingin dan berventilasi
Ø Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara rokok
Ø Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor

6.    Bahan reaktif terhadap air
Contoh: natrium, hidrida, karbit, nitrida.
Syarat penyimpanan:
Ø Temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi
Ø Jauh dari sumber nyala api atau panas
Ø Bangunan kedap air
Ø Disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder)

7.    Bahan reaktif terhadap asam
Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang mudah terbakar atau beracun, contoh: natrium, hidrida, sianida.
Syarat penyimpanan:
Ø Ruangan dingin dan berventilasi
Ø Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
Ø Ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk kantong-kantong hydrogen
Ø Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja

8.    Gas bertekanan
Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder.
Syarat penyimpanan:
Ø Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat
Ø Ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
Ø Jauh dari api dan panas
Ø Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan adalah lamanya waktu pentimpanan untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk peroksida jika kontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan akan semakin besar jumlah peroksida. Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran adalah zat yang sering menimbulkan bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam penyimpanan. Zat sejenis eter tidak boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama enam bulan.
Penyimpanan bahan harus memperhitungkan sumber kerusakan bahan. Sumber-sumber kerusakan yang disebabkan bahan-bahan kimia di dalam lingkungannya meliputi:

1.      Udara
Udara mengandung oksigen dan uap air (memilki kelembaban). Kontak dengan udara bebas dapat menyebabkan bahan kimia bereaksi. Akibat reaksi bahan kimia dengan udara bebas seperti timbulnya zat baru, terjadinya endapan, gas dan panas. Dampaknya bahan kimia tersebut tidak berfungsi lagi serta dapat menimbulkan kecelakaan dan keracunan.

2.      Cairan: air, asam, basa, cairan lainnya
Usahakan semua bahan kimia dalam keadaan kering dan harus disimpan dalam tempat yang kering. Cairan yang bersifat asam mempunyai daya merusak lebih hebat dari air. Asam yang sifatnya gas seperti asam klorida bersama udara akan mudah berpindah dari tempat asalnya. Cara yang paling baik adalah dengan mengisolir asam itu sendiri, misalnya menempatkan botol asam yang tertutup rapat dan ditempatkan dalam lemari khusus, atau di lemari asam.
  
3.      Suhu/temperatur
Pengaruh temperatur akan menyebabkan terjadinya reaksi atau perubahan kimia dan dapat mempercepat reaksi. Panas yang cukup tinggi dapat memacu terjadinya reaksi oksidasi. Keadaan temperatur yang terlalu rendah juga mengakibatkan hal yang serupa.

4.      Mekanik
Bahan-bahan kimia yang harus dahindari dari benturan maupun tekanan yang besar adalah bahan kimia yang mudah meledak, seperti ammonium nitrat, nitrogliserin, trinitrotoluene (TNT).

5.      Cahaya/Sinar
Sinar ultra violet (UV) sangat mempengaruhi bahan-bahan kimia. Seperti larutan kalium permanganat, apabila terkena sinar UV akan mengalami reduksi, sehingga akan merubah sifat larutan itu. Oleh karena itu untuk menyimpan larutan kalium permanganat dianjurkan menggunakan botol yang berwarna coklat.

6.      Api
Komponen yang menjadi penyebab kebakaran ada tiga yang dikenal dengan “segitiga api”. Komponen itu adalah adanya bahan bakar (bahan yang dapat dibakar), adanya panas yang cukup tinggi, dan adanya oksigen. Untuk menghindari terjadinya kebakaran salah satu dari komponen segitiga api tersebut harus ditiadakan. Cara termudah ialah menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar di tempat yang dingin, sehingga tidak mudah naik temperaturnya dan tidak mudah berubah menjadi uap yang mencapai titik bakarnya.

7.      Sifat bahan kimia itu sendiri
Bahan-bahan kimia mempunyai sifat khasnya masing-masing. Misalnya asam sangat mudah bereaksi dengan basa. Reaksi-reaksi kimia dapat berjalan dari yang sangat lambat hingga ke yang spontan. Reaksi yang spontan biasanya menimbulkan panas yang tinggi dan api. Ledakan dapat terjadi bila reaksi terjadi pada ruang yang tertutup. Contoh reaksi spontan: asam sulfat pekat yang diteteskan pada campuran kalium klorat padat dan gula pasir seketika akan terjadi api. 

PENUTUP
Dalam melakukan praktikum yang menggunakan bahan-bahan kimia harus selalu memperhatikan faktor keselamatan diri, keselamatan semua orang yang terlibat dan juga keselamatan lingkungan. Faktor keselamatan dan kenyamanan kerja di laboratorium adalah diri kita sendiri dan adanya pengaturan dan penyimpanan bahan-bahan kimia yang sesuai aturannya, serta control rutin terhadap bahan-bahan kimia setiap jangka waktu tertentu. Kontrol terhadap penyimpanan bahan kimia dapat menghindari terjadi kecelakaan kerja maupun bahaya di laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA
Budimarwanti, C., Pengelolaan Alat dan Bahan di laboratorium Kimia, http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp.pdf. (Diakses tanggal 5 Agustus 2012).

Kadarohman, A., (2007), Manajemen Laboratorium IPA,DEPAG RI; Jakarta. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196305091987031-R._ASEP_KADAROHMAN/MANAJEMEN_LABORATORIUM_IPA_DEPAG.pdf. (Diakses tanggal 2 Agustus 2012).

Muchtaridi, Keselamatan kerja di laboratorium Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD http://www.keselamatankerjalaboratorium,pdf.

Situmorang, M., (2012), Bahan Kuliah Pengelolaan Laboratorium, PPS Unimed, Medan.

The National Academies, Keselamatan dan keamanan  laboratorium kimia, National Research Council, http://dels.nas.edu/resources/static-assets/bcst/miscellaneous/Quick-Guide-Indonesian.pdf. (Diakses tanggal 2 Agustus 2012).
Widjajanti, Endang., (2003), Pengelolaan Bahan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Yokyakarta; Yokyakarta.