Lihat Brosur Pendidikan
GUDANG ILMU KIMIA
Belajar dari berbagai Sumber dan Berbagi Ilmu dari berbagai Pengalaman.
Jumat, 14 Desember 2012
Analisis Materi Ajar dan Pembelajaran Kimia
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui kesesuaian materi kimia dengan kurikulum satuan pendidikan yang ada di SMA Negeri 12 Banda Aceh, mengetahui proses pembelajaran kimia di SMA Negeri Banda Aceh, mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kimia di SMA Negeri 12 Banda Aceh, dan mengetahui masalah-masalah pembelajaran kimia yang ditemukan di SMA Negeri 12 Banda Aceh.
untuk lebih jelasnya lihat file pdf berikut
Kamis, 13 Desember 2012
Filsafat Kimia
Ilmu kimia merupakan ilmu mengenal bahan
kimia. Bahan kimia bukanlah zat abstrak yang perlu ditakuti oleh manusia biasa.
Bahan ini mencakup benda yang ada disekitar kita. Ilmu kimia adalah cabang ilmu
pengetahuan alam yang mempelajari struktur materi, sifat-sifat materi,
perubahan suatu materi menjadi materi lain, serta energi yang menyertai
perubahan materi. Mempelajari ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan
zat-zat kimia yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia belaka,
akan tetapi ilmu kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami
berbagai peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui
hakikat materi serta perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan
dalam mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta ketelitian
bekerja.
Kimia
adalah ilmu tentang materi dan perubahannya. Materi itu sendiri adalah segala
sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Semua materi berada dalam
tiga wujud yaitu, padat, cair dan gas. Hakikat ilmu kimia adalah bahwa benda
itu bisa mengalami perubahan bentuk, maupun susunan partikelnya menjadi bentuk
yang lain sehingga terjadi perubahan letak susunan yang mempengaruhi
sifat-sifat yang berbeda dari wujud/bentuk semula.
Ilmu
kimia lahir dari keinginan para ahli kimia untuk memperoleh jawaban atas
pertanyaan apa dan mengapa tentang sifat materi yang ada di alam, yang
masing-masing akan menghasilkan fakta dan pengetahuan teoritis tentang materi
yang kebenarannya dapat dijelaskan dengan logika matematika.
Jenis
pengetahuan selalu mempunyai cirri-ciri spesifik mengenai apa (ontology),
bagaimana (estimologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun.
Ketiga landasan ini saling berkaitan, tidak mungkin bahasan estimologi terlepas
sama sekali dari ontology dan aksiologi. Apalagi bahasan yang didasarkan model
berpikir sistematik, justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan.
Filsafat adalah pengetahuan tentang
segala apa yang ada. Filsafat memberi jawaban atas pertanyaan “apakah
hakikatnya segala yang ada di atas bumi dan dikolong langit?”.
Segala apa yang ada ini dapat dibagi dalam
dua bagian, yaitu benda hidup dan benda mati. Benda hidup berupa
tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Benda mati berupa cangkir, piring, meja, batu
dan sebagainya. Jadi segala apa yang ada hanya terdiri dari benda hidup dan
benda hidup dan benda mati.
Benda mati tidak bergerak, dan tidak
mengalami perubahan kecuali bila digerakkan dan dirubah oleh benda lain.
Sedangkan benda hidup bergerak dan mengalami perubahan walaupun tidak
digerakkan atau dirubah oleh benda lain. Dengan demikian maka gerak dan
perubahan itu bersifat pribadi. Wujud satuan benda jadi adalah hewan, manusia,
meja, kursi dan sebagainya. Wujud manusia sebagai benda disebut badan (raga).
Raga manusia senantiasa dapat bergerak sendiri dan dapat mengalami perubahan
sesuai keinginannya, baik dalam hal perubahan sifatnya, bentuk dan energi yang
dihasilkan. Jika raga itu tidak dapat lagi bergerak sendiri dan melakukan
perubahan, maka raga itu disebut mati.
Perubahan ada dua yaitu perubahan fisika
dan perubahan kimia. Perubahan fisika adalah perubahan yang tidak menghasilkan
zat baru, yang berubah hanyalah bentuk dan wujudnya tanpa mengubah jenis dan
sifat zat tersebut. Sedangkan perubahan kimia adalah perubahan yang
menghasilkan zat baru, berubah sifat dan susunannya.
Benda mati ini apabila mengalami
perubahan tidak akan mengubah sifat dan jenisnya, hanya berubah bentuk dan
wujudnya saja. Misalnya kayu yang telah di bentuk atau diolah oleh seseorang
menjadi kursi atau meja, yang berubah hanyalah bentuk dari kayu itu yang semula
berbentuk panjang bulat, setelah diolah berbentuk meja dan kursi yang memiliki
kaki, sifat dari benda itu tetap yaitu kayu. Lain halnya dengan benda hidup
seperti manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Disini manusia sama halnya dengan
perubahan kimia yang mengalami perubahan menghasilkan zat baru, berubah sifat
dan bentuknya. Misalnya bayi yang baru lahir dengan bentuk yang kecil dan hanya
bisa menangis dan menggerakkan tangan dan kaki, tetapi setelah bayi itu tumbuh
dewasa maka otomatis bentuk tubuh dan sifatnya berubah. Energy yang
dikeluarkannya juga lebih banyak seiring dengan kegiatan/pekerjaan yang dia
lakukan.
Energy adalah sesuatu yang memiliki
kemampuan untuk melakukan usaha, tidak dapat diamati langsung keberadaannya,
tetapi dapat diamati akibat yang ditimbulkan.
PEDOMAN PENYIMPANAN ZAT KIMIA DI LABORATORIUM UNTUK KESEHATAN DAN KEAMANAN
PENDAHULUAN
Laboratorium kimia harus merupakan
tempat yang aman bagi para penggunanya. Aman dari setiap kemungkinan kecelakaan
fatal dari sakit maupun kesehatan. Hanya dalam laboratorium yang aman seseorang
dapat bekerja dengan aman, produktif, dan efisien, bebas dari rasa khawatir
akan keceakaan dan keracunan. Apabila ada kemauan dari setiap pengguna untuk
menjaga dan melindungi diri, maka keadaan aman dalam laboratorium pasti akan
tercipta. Diperlukan kesadaran bahwa kecelakaan dapat berakibat bagi para
pengguna maupun orang lain serta lingkungan di sekitarnya. Kemudian disiplin
setiap individu terhadap peraturan yang telah ditetapkan. Semua ini tergantung
pada faktor manusianya, yang merupakan sumber terbesar terjadinya kecelakaan di
laboratorium.
Keamanan
adalah faktor yang seharusnya menjadi perhatian yang paing besar dalam kegiatan
laboratorium, tetapi umumnya yang terjadi adalah kita belum terbiasa
memperhatikan keamanan kerja. Syarat keamanan di laboratorium bertujuan untuk
meindungi baik yang bekerja di laboratorium itu sendiri maupun untuk ingkungan
dan menciptakan suasana laboratorium sebagai sarana belajar sains yang aman.
Caranya dengan meningkatkan pengetahuan
praktisi sains (dosen, laboran, siswa) tentang keselamatan kerja, mengenal
bahaya yang mungkin terjadi serta upaya penanganannya.
Bahan kimia merupakan materi belajar
yang harus ada dalam laboratorium, pada dasarnya semua bahan kimia itu beracun,
namun dengan pengeolaan dan penyimpanan bahan kimia yang tepat dan benar, maka
tingkat bahaya sebagai beracun dapat dikurangi dan ditanggulangi. Pengenalan
sifat dan jenis bahan kimia akan memudahkan dalam cara penanganannya, yaitu
cara pencampuran, mereaksikan, pemindahan atau transportasi, dan penyimpanannya.
Dalam makalah ini akan diuraikan tentang bagaimana perawatan bahan praktikum
kimia, cara penyimpanan agar kerusakan bahan-bahan kimia dapat dihindari, serta
bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat penyimpanan dapat dicegah.
PENYIMPANAN
ZAT-ZAT/BAHAN-BAHAN KIMIA
Bahan
kimia yang ada di laboratorium jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah
peralatan. Di samping jumlahnya yang banyak, bahan kimia juga dapat menimbulkan
resiko bahaya yang cukup tinggi. oleh karena itu hal yang harus diperhatikan
dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan
(segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards),
pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities),
wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate
chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko
bahaya (hazard information).
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menyimpan bahan-bahan kimia diantaranya: wujud zat, konsentrasi zat,
bahaya dari zat, label, kepekaan zat terhadap cahaya, dan kemudahan zat
tersebut menguap.
Penyimpanan
dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis akan lebih tepat apabila
bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya
terutama tingkat kebahayaannya. Semua bahan harus diberi label secara jeas, dan
untuk larutan harus dicantumkan tanggal pembuatannya.
Penyimpanan
bahan-bahan kimia di laboratorium di dasarkan pada wujud dari zat tersebut
(padat, cair dan gas), sifat-sifat zat (Asam dan basa), sifat bahaya zat
(korosif, mudah terbakar, racun dll), seberapa sering zat tersebut digunakan.
Sistem penyimpanan bahan-bahan kimia didasarkan pada bahan yang sering dipakai,
bahan yang boleh diambil sendiri oleh pemakai laboratorium, bahan yang
berbahaya/racun, dan jumlah bahan yang dsimpan.
Cara menyimpan bahan-bahan kimia sama hanya dengan menyimpan
alat-alat laboratorium, sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum
melakukan penyimpanan, seperti:
1. Bahan yang dapat bereaksi dengan
plastic sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
2. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca
sebaiknya disimpan dalam botol plastic.
3. Bahan yang dapat berubah apabila terkena
matahari langsung harus disimpan daam botol gelap dan diletakkan dalam lemari
tertutup.
4. Bahan yang tidak mudah rusak oleh
cahaya matahari secara langsung dapat disimpan dalam botol berwarna bening.
5. Bahan berbahaya dan bahan korosif
sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.
6. Bahan disimpan dalam botol yang
diberi symbol karakteristik masing-masing bahan.
7. Sebaiknya bahan disimpan dalam botol
induk yang berukuran besar. Pengambilan bahan kimia dari botol secukupnya saja
sesuai kebutuhan, dan sisa bahan praktikum disimpan dalam botol kecil, jangan
dikembalikan ke dalam botol induk, bertujuan untuk menghindari rusaknya bahan
dalam botol induk.
Tempat
penyimpanan bahan-bahan kimia yang baika dalah di ruangan khusus, tidak
bercampur dengan tempat kegiatan praktikum berjalan. Kelembaban ruangan harus
benar-benar diperhatikan untuk mencegah agar bahan tidak mudah rusak. Umumnya
bahan kimia disimpan berdasarkan kelompoknya seperti rak atau lemari tempat
menyimpan bahan padat, bahan cair, dan bahan berbahaya. Untuk bahan padat yang
tidak mudah meledak atau terbakar dapat diletakkan dalam lemari tertutup,
sedangkan untuk bahan yang mudah terbakar atau meledak diletakkan dalam rak terbuka
yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Tujuannya agar bila terjadi
ketidakberesan mudah untuk diketahui. Tmpat penyimpanan bahan cair seperti
asam, kloroform sebaiknya di simpan di lemari asam, sedangkan untuk bahan yang
tidak berbahaya dapat disimpan dalam lemari tersendiri. Tujuannya bila terjadi
kebocoran maka gas dapat langsung keluar melalui cerobong asap dari lemari
asam, jadi tidak menyebar. Untuk lebih jelas berikut akan dibahas syarat-syarat
dalam penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium.
Syarat-syarat penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium.
1. Bahan mudah terbakar
Banyak bahan-bahan kimia yang dapat
terbakar sendiri, terbakar jika terkena udara, terkena benda panas, terkena
api, atau jika bercampur dengan bahan kimia lain. Fosfor (P) putih, fosfin
(PH3), alkil logam, boran (BH3) akan terbakar sendiri jika terkena udara. Pipa
air, tabung gelas yang panas akan menyalakan karbon disulfide (CS2). Bunga api
dapat menyalakan bermacam-macam gas. Dari segi mudahnya terbakar, cairan
organic dapat dibagi menjadi 3 golongan:
a. Cairan yang terbakar di bawah
temperatur -4oC, misalnya karbon disulfide (CS2), eter (C2H5OC2H5),
benzena (C5H6), aseton (CH3COCH3).
b. Cairan yang dapat terbakar pada
temperatur antara -4oC - 21oC, misalnya etanol (C2H5OH),
methanol (CH3OH).
c. Cairan yang dapat terbakar pada
temperatur 21oC – 93,5oC, misalnya kerosin (minyak
lampu), terpentin, naftalena, minyak baker.
Syarat penyimpanan:
·
Temperatur
dingin dan berventilasi,
·
Tersedia
alat pemadam kebakaran,
·
Jauhkan
dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok.
2. Bahan mudah meledak
Bahan
dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “explosive“ (E) dapat meledak
dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan
tanpa oksigen atmosferik. Contoh
bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium nitrat, nitrogliserin, TNT. Hal-hal yang dapat menyebabkan
ledakan adalah:
a. Karena ada udara cair. Udara dapat
meledak jika dicampur dengan unsur-unsur pereduksi dan hidrokarbon
b. Karena ada gas-gas
c. Karena ada debu. Debu padat dari
bahan mudah terbakar bercampur dengan udara dapat menimbulkan ledakan dahsyat
d. Karena adanya pelarut mudah
terbakar.
e. Karena
ada peroksida.
Syarat penyimpanan:
Ø Ruangan dingin dan berventilasi
Ø Jauhkan dari panas dan api
Ø Hindarkan dari gesekan atau tumbukan
mekanis
Kombinasi zat-zat yang sering
meledak di laboratorium pada waktu melakukan percobaan adalah:
·
Ammonium
nitrat (NH4NO3), serbuk seng (Zn) dengan air
·
Peroksida
dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium (Al)
·
Klorat
dengan asam sulfat
·
Natrium
(Na) atau kalium (K) dengan air
·
Asam
nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain
·
Kalium
nitrat (KNO3) dengan natrium asetat (CH3COONa)
·
Nitrat
dengan eter
·
Halogen
dengan amoniak
·
Fosfor
(P) dengan asam nitrat (HNO3), suatu nitrat atau klorat
·
Merkuri
oksida (HgO) dengan sulfur (S)
3. Bahan beracun
Bahan dan formulasi yang ditandai
dengan notasi bahaya “very toxic (T+)” dan “toxic (F)” dapat menyebabkan
kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi
sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion),
atau kontak dengan kulit. Contoh: kalium sianida, hydrogen sulfida,
nitrobenzene, atripin,
sublimate (HgCl2), persenyawaan sianida, arsen, dan gas karbon monoksida (CO)
dari aliran gas.
Syarat penyimpanan:
Ø Ruangan dingin dan berventilasi
Ø Jauh dari bahaya kebakaran
Ø Disediakan alat pelindung diri,
pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
Ø Dipisahkan dari bahan-bahan yang
mungkin bereaksi
Ø Kran dari saluran gas harus tetap
dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang dipergunakan
4. Bahan korosif
Bahan
dan formulasi dengan notasi “corrosive (C)” adalah merusak jaringan hidup. Contoh asam-asam, anhidrida asam,
dan alkali. Bahan ini dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun.
Syarat penyimpanan:
Ø Ruangan dingin dan berventilasi
Ø Wadah tertutup dan beretiket
Ø Dipisahkan dari zat-zat beracun
5. Bahan Oksidator
Bahan-bahan
dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ”oxidizing (O)“ biasanya tidak
mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah dapat menimbulkan ledakan
dahsyat, terutama peroksida. Contoh: Chlorat, Perklorat, Bromat, Peroksida,
Asam Nitrat, Kalium Nitrat, Kalium Permanganat, Bromin, Klorin, Fluorin, dan
Iodin yang mudah bereaksi dengan Oksigen (dalam kondisi tertentu).
Syarat penyimpanan:
Ø Temperatur ruangan dingin dan
berventilasi
Ø Jauhkan dari sumber api dan panas,
termasuk loncatan api listrik dan bara rokok
Ø Jauhkan dari bahan-bahan cairan
mudah terbakar atau reduktor
6. Bahan reaktif terhadap air
Contoh:
natrium, hidrida, karbit, nitrida.
Syarat
penyimpanan:
Ø Temperatur ruangan dingin, kering,
dan berventilasi
Ø Jauh dari sumber nyala api atau
panas
Ø Bangunan kedap air
Ø Disediakan pemadam kebakaran tanpa
air (CO2, dry
powder)
7. Bahan reaktif terhadap asam
Zat-zat tersebut kebanyakan dengan
asam menghasilkan gas yang mudah terbakar atau beracun, contoh: natrium,
hidrida, sianida.
Syarat
penyimpanan:
Ø Ruangan dingin dan berventilasi
Ø Jauhkan dari sumber api, panas, dan
asam
Ø Ruangan penyimpan perlu didesain
agar tidak memungkinkan terbentuk kantong-kantong hydrogen
Ø Disediakan alat pelindung diri
seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja
8. Gas bertekanan
Contoh:
gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder.
Syarat
penyimpanan:
Ø Disimpan dalam keadaan tegak berdiri
dan terikat
Ø Ruangan dingin dan tidak terkena
langsung sinar matahari
Ø Jauh dari api dan panas
Ø Jauh dari bahan korosif yang dapat
merusak kran dan katub-katub.
Faktor
lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan adalah lamanya waktu pentimpanan
untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk
peroksida jika kontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan akan
semakin besar jumlah peroksida. Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan
tetrahidrofuran adalah zat yang sering menimbulkan bahaya akibat terbentuknya
peroksida dalam penyimpanan. Zat sejenis eter tidak boleh disimpan melebihi satu
tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan
selama enam bulan.
Penyimpanan
bahan harus memperhitungkan sumber kerusakan bahan. Sumber-sumber kerusakan yang
disebabkan bahan-bahan kimia di dalam lingkungannya meliputi:
1. Udara
Udara mengandung oksigen dan uap air
(memilki kelembaban). Kontak dengan udara bebas dapat menyebabkan bahan kimia
bereaksi. Akibat reaksi bahan kimia dengan udara bebas seperti timbulnya zat
baru, terjadinya endapan, gas dan panas. Dampaknya bahan kimia tersebut tidak
berfungsi lagi serta dapat menimbulkan kecelakaan dan keracunan.
2. Cairan: air, asam, basa, cairan
lainnya
Usahakan semua bahan kimia dalam
keadaan kering dan harus disimpan dalam tempat yang kering. Cairan yang
bersifat asam mempunyai daya merusak lebih hebat dari air. Asam yang sifatnya
gas seperti asam klorida bersama udara akan mudah berpindah dari tempat
asalnya. Cara yang paling baik adalah dengan mengisolir asam itu sendiri,
misalnya menempatkan botol asam yang tertutup rapat dan ditempatkan dalam
lemari khusus, atau di lemari asam.
3. Suhu/temperatur
Pengaruh temperatur akan menyebabkan terjadinya reaksi atau
perubahan kimia dan dapat mempercepat reaksi. Panas yang cukup tinggi dapat
memacu terjadinya reaksi oksidasi. Keadaan temperatur yang terlalu rendah juga
mengakibatkan hal yang serupa.
4. Mekanik
Bahan-bahan
kimia yang harus dahindari dari benturan maupun tekanan yang besar adalah bahan
kimia yang mudah meledak, seperti ammonium nitrat, nitrogliserin,
trinitrotoluene (TNT).
5. Cahaya/Sinar
Sinar
ultra violet (UV) sangat mempengaruhi bahan-bahan kimia. Seperti larutan kalium
permanganat, apabila terkena sinar UV akan mengalami reduksi, sehingga akan
merubah sifat larutan itu. Oleh karena itu untuk menyimpan larutan kalium
permanganat dianjurkan menggunakan botol yang berwarna coklat.
6. Api
Komponen
yang menjadi penyebab kebakaran ada tiga yang dikenal dengan “segitiga api”.
Komponen itu adalah adanya bahan bakar (bahan yang dapat dibakar), adanya panas
yang cukup tinggi, dan adanya oksigen. Untuk menghindari terjadinya kebakaran salah
satu dari komponen segitiga api tersebut harus ditiadakan. Cara termudah ialah
menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar di tempat yang dingin, sehingga tidak
mudah naik temperaturnya dan tidak mudah berubah menjadi uap yang mencapai
titik bakarnya.
7. Sifat bahan kimia itu sendiri
Bahan-bahan
kimia mempunyai sifat khasnya masing-masing. Misalnya asam sangat mudah
bereaksi dengan basa. Reaksi-reaksi kimia dapat berjalan dari yang sangat lambat
hingga ke yang spontan. Reaksi yang spontan biasanya menimbulkan panas yang
tinggi dan api. Ledakan dapat terjadi bila reaksi terjadi pada ruang yang
tertutup. Contoh reaksi spontan: asam sulfat pekat yang diteteskan pada
campuran kalium klorat padat dan gula pasir seketika akan terjadi api.
PENUTUP
Dalam melakukan
praktikum yang menggunakan bahan-bahan kimia harus selalu memperhatikan faktor
keselamatan diri, keselamatan semua orang yang terlibat dan juga keselamatan
lingkungan. Faktor keselamatan dan kenyamanan kerja di laboratorium adalah diri
kita sendiri dan adanya pengaturan dan penyimpanan bahan-bahan kimia yang
sesuai aturannya, serta control rutin terhadap bahan-bahan kimia setiap jangka
waktu tertentu. Kontrol terhadap penyimpanan bahan kimia dapat menghindari
terjadi kecelakaan kerja maupun bahaya di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Budimarwanti, C., Pengelolaan Alat dan
Bahan di laboratorium Kimia, http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp.pdf.
(Diakses
tanggal 5 Agustus 2012).
Kadarohman, A., (2007), Manajemen
Laboratorium IPA,DEPAG RI; Jakarta. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196305091987031-R._ASEP_KADAROHMAN/MANAJEMEN_LABORATORIUM_IPA_DEPAG.pdf.
(Diakses
tanggal 2 Agustus 2012).
Muchtaridi, Keselamatan kerja di
laboratorium Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD http://www.keselamatankerjalaboratorium,pdf.
Situmorang, M., (2012), Bahan Kuliah Pengelolaan Laboratorium,
PPS Unimed, Medan.
The National Academies, Keselamatan dan keamanan laboratorium kimia, National Research Council, http://dels.nas.edu/resources/static-assets/bcst/miscellaneous/Quick-Guide-Indonesian.pdf.
(Diakses
tanggal 2 Agustus 2012).
Widjajanti, Endang., (2003), Pengelolaan Bahan Kimia, FMIPA
Universitas Negeri Yokyakarta; Yokyakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)